Tren beberapa tahun belakang, seperti menciptakan wacana baru di era kopi. Perkembangan dunia kopi yang mengagumkan mengiring kita dari Gelombang Pertama, Kedua hingga ke masa Gelombang Ketiga. Third Wave Coffee adalah masa ketika orang-orang tak lagi hanya menikmati kopi untuk pelepas dahaga atau pemompa semangat di saat kafein mendadak menjadi kebutuhan.
Kopi mengalami beberepa trend tersendiri di setiap masa yang dilaluinya.
1. First Wave Coffee
“Gelombang Pertama” diawali pada 1800-an. Di masa itu kopi disiapkan untuk harga yang lebih terjangkau dan juga mudah disajikan. Coffee brand seperti Folgers dan Maxwell House secara singkat merajai industri dan hampir seluruh dapur di Amerika Serikat pasti mengonsumsi dua jenis brand ini. Pada era First Wave Coffee industri lebih memusatkan kepada inovasi kemasan, kepraktisan penyajian dan pemasaran yang gila-gilaan sehingga mendapatkan kritik pedas karena kualitas rasa yang jauh dari harapan.
Inovasi paling yang paling diingat datang dari pembuat kapal yang menjadi coffee roaster, Austin dan R.W. Hills, pendiri Hill Bros Coffee. PAda 1900, RW Hills menciptakan proses kemasan vacuum packaging yaitu proses yang menghilangkan udara dari kemasan kopi sehingga menghasilkan biji yang lebih segar. Vacuum packaging ini mengubah cara mengemas kopi pada masa itu.
Selain munculnya vacuum packaging, di masa ini juga awal munculnya kopi instan. Pada awal 1900-an industri modern menghasilkan berbagai inovasi yang tak ribet dan praktis. Dan pada masa itulah lahir sebuah inovasi untuk pecinta kopi: kopi instan.
2. Second Wave Coffee
Lahirnya “Kopi Gelombang Kedua” ini terdorong oleh “kopi buruk” yang dihasilkan secara gila-gilaan di First Wave Coffee. Peminum kopi di era Second Wave Coffee menginginkan kopi yang nikmat serta keinginan mereka untuk mengetahui asal-usul dari kopi yang mereka minum. Mereka ingin mengetahui bagaimana secangkir kopi nikmat bisa sampai pada mereka. Mereka ingin mengetahui proses roasting hingga kenapa ada sebutan untuk “specialty coffee beans”. Di era ini masyarakat ingin menambahkan bahwa kenikmatan kopi lebih dari sekedar rasa, tapi juga pengalaman. Bukan hanya minuman, tetapi sebuah proses.
Beberapa sejarahwan kopi mengatakan bahwa apa yang terjadi pada industri wine terjadi juga pada kopi. Kosa kata tentang dunia kopi bertambah dengan pesatnya dan kata-kata seperti café latte, espresso, cappuccino dan french press menjadi kata-kata yang mendadak bergaung di mana-mana.
Seperti layaknya First Wave Coffee yang mendapatkan kritik atas kopinya yang melupakan rasa dan kualitas, Second Wave Coffee juga mendapatan kritik yang tak kalah menarik. Ritual minum kopi mendadak tergeser menjadi pengalaman minum kopi yang dikaitkan dengan kehidupan sosial. Kedai kopi dan café merebak menjadi bisnis yang besar-besaran. Coffee shop menjamuri kota-kota besar. Minum kopi menjelma gaya hidup yang sangat penting di kehidupan bermasyarakat pada masa itu.
3. Third Wave Coffee
Istilah Third Wave Coffee masih terbilang baru. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Thrish Rothgeb pada sebuah artikel di Wrecking Ball Coffee Roasters pada 2002. Kebangkitan Third Wave Coffee ditandai dengan mulai tertariknya para peminum kopi terhadap kopi itu sendiri. Baik itu asal muasal bijinya, prosesnya sampai kepada penyajian sebelum kopi tersebut sampai saat dinikmati. Gelombang Ketiga ini memberikan reaksi terhadap kopi yang rasanya buruk dan cara penyajian kopi yang dianggap tidak benar. Meskipun tidak mengenyampingkan masalah pemasaran dan promosi, Third Wave Coffee peduli lebih dalam dari sekedar menikmati kopi saja.
Pada “Gelombang Pertama” konsumen memimpin industri dengan menarik masa untuk mengonsumsi kopi sebanyak-banyaknya dengan mengedepankan kepraktisan dan kemudahan. Pada “Gelombang Kedua” industri kopi mulai membaik dengan mementingkan kualitas tapi lebih berfokus pada memasaran. Sedangkan pada “Gelombang Ketiga” ini produksi dan pemasaran tak lagi melulu dikedepankan, tetapi kopi itu sendiri yang menjelma aktor utama yang menguasai panggung.
Pada era Third Wave Coffee proses produksi terhadap kopi terasa lebih transparan. Para konsumen dengan mudah mampu mengetahui dari mana sebuah biji kopi berasal, bagaimana biji tersebut diproses dan kelak dengan apa kopi tersebut disajikan. Di era ini istilah single origin mulai muncul. Asal mula kopi adalah salah satu faktor paling penting di era “Gelombang Ketiga” sekaligus menandai bahwa industri kopi telah berubah.
Di era ini mulai banyak bermunculan roaster dan kedai kopi independen yang mengoperasikan bisnisnya secara kecil-kecilan. Coffee shop baik kecil maupun besar menyangrai kopi mereka sendiri dan bereksperimen dengan beragam biji kopi. Kemudian perburuan biji-biji kopi eksotis mulai digemari. Bodi, acidity, bitterness, sweetness, aroma, manual brew dan lain-lain adalah kosa kata yang kerap mewarnai “Gelombang Ketiga” ini. Mengupas tuntas karakter kopinya dengan meragam metode penyeduhan.